Penunggu Tol

| Jumat, 09 September 2011 | |
Warga di sekitar jalan tol Cipularang yang ambles meyakini adanya makhluk penunggu. PT Jasa Marga pernah menyembelih kerbau untuk tumbal si penunggu tapi masih kurang.

Bagian jalan tol yang ambles pada Senin (28/11) pukul 22.00 ini terjadi di Km 91+600 yang masuk wilayah Kampung Batu Datar, Desa Cibodas, Sukatani, Purwakarta. Jalur cepat penghubung Jakarta-Bandung ini pun ditutup dan baru dibuka kembali Rabu (30/11) pukul 07.00.

"Di sini memang angker. Ada penunggunya. Makanya saat pengerjaan tol itu tiga orang pekerja tewas," kata Wardi (25), salah seorang warga yang tinggal di Kampung Batu Datar, kemarin.

Menurut Wardi, tiga orang yang tewas saat mengerjakan proyek jalan tol ini adalah seorang mandor dan dua pekerja. Modus kematiannya pun berbeda-beda. Ada yang tertabrak mobil dari salah seorang staf PT Jasa Marga, ada yang tergencet trailer. "Itu semua terjadi karena Jasa Marga tidak menghiraukan saran warga di sini untuk menuruti permintaan makhluk gaib yang menjagai tol. Jasa Marga hanya menyembelih seekor kerbau sebagai tumbal. Padahal permintaan penunggunya tidak cuma itu," ujar Wardi.

Kecelakaan yang menimpa pekerja proyek jalan tol ini terjadi 26 April 2005. Korban bernama Alip Imron terseruduk trailer di Km 91. Alip jadi korban tabrakan ketika tidur di mobil proyek yang kemudian dihantam trailer. Menurut kantor berita Antara, ini merupakan kecelakaan perdana setelah Cipularang dioperasikan.

Teman Wardi yang bernama Udin (64) menambahkan bahwa Km 91 ditunggui makhluk halus bernama H Kamilin. "Dia adalah sesepuh kampung sini. Dia hidup pada masa penjajahan dan sangat sakti," ujar Udin yang diwawancarai Warta Kota hendak menyabit rumput di kebun seberang lokasi tol yang ambles.

Menurut Udin, Kamilin pernah menyampaikan permintaan khusus berupa jembatan penyeberangan di KM 91+600. Permintaan itu diketahui saat anak ketiga Udin dua kali kesurupan.

"Melalui tubuh anak saya, Kamilin mengatakan bahwa dia tidak mau daging kerbau, tetapi minta dibuatkan jembatan untuk penyeberangan untuk cucu-cucunya. Kalau permintaannya tidak dituruti, di tol ini akan selalu terjadi masalah. Masalah itu tidak akan pernah selesai sebelum permintaan Kamilin dituruti," ujar Udin.

Di kawasan ini terdapat gunung kecil yang dinamai Gunung Batu Datar. Gunung itu terletak berdampingan dengan lokasi jalan yang ambles. Nah, warga setempat mempercayai Kamilin bertempat tinggal di gunung itu. Tandanya adalah sebuah batu besar berwarna putih yang gagal "dijinakkan" oleh kontraktor. Di batu besar itulah Kamilin kerap muncul.

"Kamilin sekarang berbentuk ular dengan panjang hanya 30 cm. Badannya sebesar paha orang dewasa dan di lehernya terlilit kalung emas. Kamilin punya tujuh cucu dan punya pengikut sebanyak 70 orang. Semuanya makhluk gaib. Kadang Kamilin muncul malam, terkadang siang hari," tambah Udin.

Oleh karenanya, Udin dan Wardi menyarankan PT Jasa Marga segera membuat jalan penyeberangan bagi warga setempat. "Jalan itu penting, Mas. Sebab, selama ini warga di kampung ini terpaksa menyeberangi jalan tol jika akan ke kebun. Kalau dibiarkan terus, ini membahayakan. Kami bisa tertabrak kendaraan. Meski kami kerap ditegur kami akan tetap lewat jalan tol karena tak ada jalan lain," ujar Wardi.

Tapi sebenarnya sudah ada tiga jembatan dalam rentang 10 kilometer. Km 91+600 berada di tengah-tengahnya. Dengan demikian, warga harus berjalan sejauh satu 2,5 km untuk bisa melewati jembatan penyeberangan. Karena dianggap terlalu jauh, warga menuntut satu jembatan penyeberangan lagi.

Bupati Purwakarta, Lily Hambali Hasan, mengatakan bahwa tuntutan tiga jembatan di Dusun Batu Datar sudah cukup. "Ya, saya kira tiga jembatan sudah cukup. Jadi tak perlu dibangun jembatan lagi," kata Lily saat meninjau pembenahan jalan yang ambles.

Penegasan yang sama disampaikan oleh Kepala Cabang PT Jasa Marga Purbaleunyi, Hendro Atmodjo. Hendro menegaskan tiga jembatan cukup. "Warga harus menyeberang lewat jembatan, tak boleh main potong jalan tol," katanya.

Ditanya soal adanya makhluk penunggu di Km 91, Hendro tertawa. "Saya belum denger yang macam-macam. Kita masih sibuk membenahi jalan," kata Hendro.

0 komentar:

Posting Komentar